lördag 24 november 2007

Blog seorang puteri taipan...

Belum lama ini, gw teringat dg salah seorang pemilik konglomerat papan atas Indonesia, seorang taipan yg keluarganya (bapak, kakak sampai ipar2nya) pernah punya peranan penting dalam pemerintahan Indonesia. kebetulan gw punya account di Facebook, iseng & search nama dia. Lah...kok, malah ketemu puteranya. Makin curious, gw googling, eh...ketemu album puteranya on the web & gotcha ada sang taipan saat menghadiri acara2 keluarga. Naluri wartawan kali ya...gw browsing terus, sampai ketemu blog puteri sang taipan. Nah...blog inilah yg akhirnya bikin gw sulit tidur.
Kenapa gw teringat sang taipan? Gw dulu dekat dengan sang taipan (meski tetap menjaga independensi gw sbg jurnalis & mengkritik beliau ketika memang perlu dikritik). Saking dekatnya, gw sampai dijuluki teman2 adeknya sang taipan. Dan sialnya, klo dlm suatu acara teman2 wartawan sulit mendekati sang taipan, gw diumpani suruh maju duluan. Entah krn kebetulan saat gw lg mengingat sang taipan, tiba2 belakangan ini namanya kembali muncul dlm pemberitaan.

Balik ke blog sang puteri, blognya itu betul2 bikin hati kecilku miris. Bayangkan sang puteri yg ayu dg wajah tipikal jawa, bercerita bahwa dia sering ingin bunuh diri dan itu sdh terjadi sjk dia berumur 14 tahun. Alamak....!!!!

Aku semakin tertarik mengikuti posting berikutnya dgn bahasa Inggris yg sangat bagus. Maklum sang puteri sdh bersekolah di LN sejak kecil. "Suatu ketika, saat saya berumur 8 tahun, mama berteriak2 mengenai penghianatan. Apa yg bisa dilakukan seorang anak kecil berumur 8 tahun sementara abangku cuek aja atau mungkin jg dia bingung & tak mengerti. Oh...suatu situasi yg sulit ketika harus memilih ikut ayah atau ibu...dst", keluhnya.
Duh...benar2 gak tega baca ungkapan hati sang puteri taipan. Betapa dibalik wajah manis & senyum lebarnya ternyata dia menyimpan suatu penderitaan. Mungkin krn itu dia melakukan pemberontakan2 & permusuhan dg sang ibu yg kepingin anaknya jd perempuan konservatif, spt yg dia gambarkan dlm blognya. Kasihan sekali sang puteri. Blognya jg menggambarkan bahwa dia telah kehilangan identitasnya sbg org Indonesia. Dia merasa terlalu kebarat2an & gak cocok utk hidup di Indonesia. Siapa yg harus disalahkan? Ortunya yg ingin anak2nya mendpt pendidikan baik dr neg seberang? Sang ortu mungkin gak pernah berpikir sejauh itu ,bahwa puteri tertuanya mengalami krisis identitas di kemudian hari.
Gw tercenung & langsung mem-flash back sambil mereka2 umur sang puteri & tahun kejadian. Ya, saat itu aku sedang dekat dg sang taipan. Lalu gw teringat percakapan dg pegawai2 ayahnya some years ago, yg sempat casually talk about his affairs with other women. Bahkan seorang direktur di bank milik sang taipan sempat berujar tanpa kuminta: "Sebetulnya, bapak itu family man. Tahu gak, selingkuhannya juga gak cakep2 amat loh...". Hm...we never know what people really need.

Begitulah, harta memang gak bisa membeli/menjamin kebahagian. Klo aku perhatikan album sang putera & puteri taipan on the web, kelihatan sekrg sang taipan berusaha menghabiskan waktu utk keluarganya. Mudah2an mereka sdh bisa memperbaiki perkawinannnya demi anak2 terkasih.

Inga kommentarer: