fredag 5 september 2008

Muda menumpuk, tua kebingungan....

Tuh judul diatas abstrak amat yak! He...he...

Ini cerita tentang para orang tua di Swedia. Beberapa tahun belakangan ini, klo saya dtg ke rmh ibu mertua, dia sering banget tanya: "Mau ini gak?".

Apa sih yang ditawarin beliau? Ya, macam2. Entah itu tas, baju, sepatu sampai celana dalam (bussyeeet....untung masih baru), sampai barang2 rmh tangga.

Trus saya tanya: "Kenapa kamu gak mau?"

Beliau jawab: "Aku udh punya banyak. Bingung mau taruh di mana & mau dipakai ke mana"

Biasanya, dia dpt barang2 baru itu sebagai hadiah, entah dari ipar saya, menantu yg lain atau produsen dimana dia berlangganan sesuatu.

Mertua saya memang tinggal di apartemen sederhana dg satu kamar tidur, sejak menjelang pensiun beberapa tahun lalu. Maklum di Swedia gak ada pembantu, semua harus dikerjakan sendiri. Jadi begitu pensiun, banyak orang Swedia pindah dari rumah ke apartemen kecil demi menghemat tenaga bersih2, he...he....

Nah, kebiasaan menawarkan barang ini ternyata bukan menghinggapi mertua saya doang. Tapi juga tetangga2 mereka yg umumnya berusia 65 ke atas. Kadang saya pingin menolak, tp gak kuasa melihat mata2 mereka yg tulus. Akhirnya demi menyenangkan mereka saya ambil jg, meski kadang gak saya pakai atau malah dikasih ke pihak lain, ha...ha....

Diatas semua itu, saya sering termangu memandangi mereka. Kadang mata saya nanar memandangi barang2 yg membisu dan warnanya mulai memudar di apartemen mertua saya. Tentu banyak diantara barang2 itu yang memiliki histori.

Semua menjadi refleksi buat saya pribadi. Betapa kita manusia ini, memang diciptakan untuk menjadi mahluk rakus ketika muda. Kita bertengkar, berkelahi, merusak bumi utk sebuah produk baru, kalau perlu membunuh, korupsi, mengambil hak orang lain demi mendapatkan sebuah barang atau kekayaan.

Tapi lihatlah...begitu tua, jangankan merawat kekayaan mereka semua, menggunakannya saja sdh gak mampu. Jalan pun tergopoh2, menelan makanan pun susah. Tidur gak enak & hanya beberapa jam saja, sampai tidur yang sesungguhnya alias kematian betul2 menjemput mereka.

Ya, kenapa sih ya, kita manusia harus bersikap rakus???? kenapa kita menjadi srigala bagi sesama, ketika semua itu tak mampu membantu kita ketika kematian datang menjemput?

Klo begitu betul kata kitab suci ya, hanya pahala & perbuatan kita yang akan membantu kita dikemudian hari. Harta akan kita tinggalkan atau lenyap ditelan tsunami. Atau malah membuat anak cucu kita bertengkar.

Ah, ini tulisan iseng doang, sambil nungguin anak sakit. Namanya juga sampah pikiran dari pada ngendap di kepalaku, mending juga dilempar ke blog ini. Syukur2 ada yang baca & memetik hikmah ramadhan dari sini. Amin.

Inga kommentarer: